Trip to Gorontalo – Day 1: Gorontalo Tour
Finally there’s time and mood to write again. Been neglecting this blog for too long *tears
Did a group trip with 8 other friends to Gorontalo last
November for 5 days. The trip was organized by a travel agent named Trip
Santai. Our guide was the energetic Kak Anjar. It was a very memorable trip
that hard to forget.
Meeting point at Soekarno Hatta |
Did the trip from November 4 to November 8, 2016. It cost
us IDR2,7 mio, exclude plane tickets. We bought the plane tickets individually,
which cost me around IDR2,1mio using Lion and Garuda (booked the tickets from
Traveloka). The trip package itself consisted of 11 times meals, accommodation,
transportation, ferry from Gorontalo to Wakai, boats from Wakai to Togean
island and also for the island hopping. All started from the time we arrived
and also ended at Gorontalo
We gathered at Soekarno Hatta airport around 3AM because our
flight was at 5AM. Met Kak Anjar at the airport and he helped us for the group
check in and also the baggage. Departed from Jakarta and got to transferred our
flight at Makassar then continued to Gorontalo. We spent about 5 hours for the
flight. Arrived around 11AM at Gorontalo. And here are the destination:
Crazy Jumping Scene at the 1st Fortress |
2nd Fortress, in walking distance. Viewing Danau Limboto |
1st stop: Benteng Otanaha (Otanaha Fortress)
It is one of the tourist site in Gorontalo. Built in 1522 by
King Ilato from Gorontalo Kingdom and Portuguese sailors to strengthen the area
security and defense There are 3 spots that you can visit here, we only visited
2 of them, took pictures, videos, and silly boomerang. Fyi, it’s free *yeaayy
2nd stop: LUNCH!
Since we got on a very early flight, our stomach already mad
at us. Kak Anjar took us to a restaurant that served authentic Gorontalo dish,
named Milu Siram – Lajang fish. Milu Siram terbuat dari jagung pipil yang
direbus, menggunakan daun kemangi, irisan cabai, belimbing wuluh, kaldu, dan
daun kemangi. Ikan lajang sendiri seperti ikan goreng yang diberi bumbu
dabu-dabu. Rasanya sendiri cukup pedas, sampai beberapa teman yang ga sanggup
makan pedas akhirnya menyerah. Sedangkan saya asik melahap dengan antusias
sampai habis. Hehe. Menurut warga sekitar, cara makannya harus berbarengan
dengan ikan lajang. Sayangnya kita taunya belakangan setelah selesai makan
Milu Siram |
Ikan Lajang dan Sayur |
Kami berganti pakaian di ruang ganti yang telah tersedia
disana. Setelah itu kami di briefing terlebih dahulu dan latihan menggunakan
alat snorkeling di area pantai yang dangkal. Karena jaraknya cukup dekat, kami
langsung berenang dari tepi pantai ke spot yang ditentukan. Disana ada beberapa
guide lokal yang membantu mengawasi aktivitas ini. Ada 2 kapal yang membawa
udang pancingan untuk mengundang para whaleshark ini ke permukaan. Dan
beruntung bagi kami., ada 2 whaleshark yang mau berkunjung. Warga lokal
memanggil mereka Luna dan Charles.
Awalnya biasa saja, tapi begitu melihat si Luna dan Charles,
semua tiba-tiba panik karena ukuran mereka yang ternyata sangat besar. Beberapa
teman yang membawa waterproof kamera pun tidak melewatkan kesempatan untuk
mengabadikan moment ini. Karena pada panik, video yang terekam seperti sedang
shooting “Sharks attack”. Tiap kali whaleshark mendekat, semua langsung
buru-buru berenang ke sisi lain. Kebayang kira-kira gimana videonya dengan 12
orang berenang bergerombol langsung tiba-tiba bubar ke seluruh penjuru begitu
lihat ikan-ikan besar ini. Hahaha.
Ikan besar ini, sekali lagi, ga berbahaya. Hanya saja sebisa
mungkin jangan berenang di depannya, ataupun sampai kena kibasan ekornya. Saya
sendiri sempat beberapa kali tanpa sengaja berada di dekat ikan besar ini.
Tanpa sengaja dia berenang di bawah saya, sehingga saya sempat menyentuh bagian
badannya, terasa kulitnya yang cukup kasar.
Setelah cukup puas berenang dengan Charles dan Luna, kami
segera mandi dan berberes untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Supir mobil
yang mengantar kami bilang bahwa kalau lagi musimnya, terutama pagi hari, bisa
ada sekitar 6-8 whaleshark berkumpul. Gak kebayang gimana rasanya berada ditengah-tengah
6-8 ikan besar tersebut, wong 2 aja udah kaya film horror :’)
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, saatnya kami menuju ke
pelabuhan untuk naik kapal besar menuju Wakai. Kapal ini juga mengangkut mobil
dan truk. Untuk kelasnya sendiri ada 2, ada kelas ekonomi dan kelas bisnis.
Untuk kelas ekonomi, ada yang duduk di kursi dan ada juga bunk bed, berAC juga
kok, AC alam alias semeriwing angin laut. Untuk kelas bisnis ada hamparan kursi
dan juga matras yang bisa digunakan. Ada fasilitas Tv juga, namun sayang waktu
kami disana, AC tiba-tiba rusak dan panasnya naujubillah sampai jadinya susah
tidur, karena minimnya jendela dan angin laut juga tidak kencang. Dan apesnya
lagi, kapal terpaksa delay karena urusan administrasi. Dari yang seharusnya
berangkat jam 7 malam, akhirnya berangkat jam 12 malam. Perjalanan menuju Wakai
akan memakan waktu kurang lebih 10 jam. Prediksi tiba di Wakai sekitar pukul
10.00 waktu setempat.
Untuk makan malam sudah disediakan oleh Kak Anjar berupa nasi ayam bakar. Entah karena lapar atau memang enak, kami semua makan dengan lahap tanpa babibu. Bagi yang mungkin mau kesana dan ga sempat beli makanan, jangan khawatir karena di pelabuhan juga ada yang jual makanan, di kapal pun ada warung yang jual es krim walls dan popmie. Harganya masih cukup masuk diakal dan terjangkau kok.
Walaupun kepanasan, kami semua berusaha tidur, salah satu
caranya adalah dengan negak antimo. Dan usaha tersebut lumayan berhasil
walaupun pagi-pagi kami udah kebangun karena baju basah. Untuk sarapan juga sudah
disediakan roti dan juga teh/kopi/milo hangat. Lumayan daripada lumanyun kan.
Sekitar jam 10 kami tiba di Wakai. Turun di pelabuhan
disambut dengan serbuan ibu-ibu yang jualan minuman dan makanan juga
orang-orang yang bergantian mau naik kapal. Disamping kapal ferry sudah menanti
kapal kecil yang akan kami tumpangi selama 30 menit menuju ke Kadidiri Paradise
Resort tempat kami menginap. Sepanjang perjalanan 30 menit itu kami disuguhi
pemandangan yang super cantik, air laut yang jernih mulai dari warna hijau
toska sampai biru gelap, bukan warna abu-abu maupun coklat seperti di Jakarta
:p
Resort di Kadidiri ini ada 3, yaitu Kadidiri Paradise
Resort, Black Marlin, dan Lestari. Semua bersebelahan. Di pulau ini ga ada air
tawar. Black Marlin dan Lestari harus mengambil air dari Pulau Wakai, sementara
Kadidiri Paradise punya penampungan air hujan sendiri. Selain itu listrik di pulau ini akan mati dari
jam 11 malam sampai dengan sekitar jam 6 pagi. Bersiaplah bahwasanya di resort
tidak ada AC, jadi sebaiknya bawa kipas angin portable kalau memang ga tahan
panas-panasan. Untuk fasilitas kamarnya kamarnya sendiri lengkap dan bagus.
Bentuknya seperti bungalow-bungalow, bervariasi dari yang berhadapan langsung
dengan laut dan pantai, hingga yang pemandangan taman. Lantainya dari kayu, dan
kamar mandinya semi open, tergantung dari kamar yang didapat.
Begitu tiba di resort, kami langsung disuguhkan makan siang,
yang saat itu menunya adalah ikan bakar dan sayur. Selesai makan siang, kami
langsung menuju kamar masing-masing dan segera bersiap untuk island hopping.
Front view, signature object Kadidiri Paradise |
Makan siang!! |
Bed room nya kurang lebih begini di setiap kamar |
Kamar mandi di salah satu kamar yang garden view |
Main Area, Lobby nya disini juga |
Photo from all source by me, @tripsantai, and @angeliahalim
Comments
Post a Comment