7D6N Malaysia Trip - part 2, Penang

Supposed to be posted right after my last post. But well, here i am posting it a century later......

And here we are now in Penang. Dari KL Sentral naik sleeper train dengan tujuan Butterworth. Kami berdua kebetulan kebagian upper bed, pas sisanya emang tinggal upper bed juga sih waktu pesan tiket keretanya. Lower bed nya sold out. Kereta sempat berhenti di banyak stasiun sepanjang perjalanan ke Butterworth. Tidur sempat ga nyenyak takut keterusan, well ternyata Butterworth perhentian terakhir. Tidur di kereta sendiri cukup nyaman, cuma karena deket sama toilet, jadinya macem2 bau menyeruak deh sepanjang malam, mulai dari bau toilet, wangi karbol, sampai bau asap rokok. Tapi selain dari beragam bebauan itu, perjalanan menggunakan sleeper train ini cukup menyenangkan dan nyaman kok. Kami berangkat tepat pukul 10.00 malam, dan tiba sekitar pukul 05.30 pagi di Butterworth.

Dari stasiun perhentian kereta ke pelabuhan ferry cukup dekat. Ya lumayan sekalian olahraga pagi ngegendong tas yang lumayan berat, mendaki sedikit tanjakan dan cukup banyak tangga. Begitu sampai di di pintu masuk plabuhan, ada loket untuk menukarkan uang koinan. Untuk bisa melewati loket bayar ferry, kita harus memasukkan koin sejumlah RM1,20. Tapi kalau sudah punya pecahan koin RM1,20 ya langsung aja, gak usah ngantri loket tukar koin lagi. Selepas itu, ternyata tak perlu menunggu lama ferry kemudian langsung berangkat. Karena mungkin masih terlalu pagi, pemberangkatan ferry pertama dari Butterworth menuju Weld Quay ini tidak ada satu pun kendaraan yang ikut menyeberang. Karena diperuntukkan juga untuk kendaraan menyeberang, tempat duduk tidak begitu banyak. Ada beberapa kursi lipat disepanjang pembatas dan area tempat duduk di bagian tengah. Banyak penumpang yang memilih untuk berdiri sambil menikmati pemandangan subuh dan lampu-lampu yang menyala dari seberang. Perjalanan menyeberang dengan ferry ini hanya membutuhkan waktu sekitar 20menit.

Kondisi di dalam ferry

CAT Bus Penang (free ride)

Sesampainya di Weld Quay, kami menggunakan CAT bus Penang, bus gratis seperti Go KL. CAT bus Penang atau Central Area Transit bus ini rutenya mengitari daerah-daerah utama Penang saja. Dari Weld Quay, kami turun di Komtar. Dari sana sempat nyasar bola/ik sampai akhirnya ada pemilik toko buah di dekat sana yang baik hati mau menolong kami, bahkan sampai bantu menghubungi hostel untuk tanya arahan. Setelah banyak berjalan, akhirnya kami menemukan hostel kami yang ternyata sangat dekat dengan komtar, hanya saja kami berputar-putar ke arah sebaliknya sehingga jadi lebih jauh. Kami menginap di Wassup Youth Hostel dengan biaya RM70 berdua untuk 2D1N via booking.com. Begitu tiba di hostel, kami belum bisa check in, tp wanita penjaga hostel mengijinkan kami untuk menggunakan kamar mandi dan istirahat sebentar di public area nya. Setelah mandi dan berberes, kami menitipkan tas kemudian berjalan kembali ke Komtar untuk mengambil bus ke arah Bukit Bendera. Saat keluar hostel jam sudah menunjukkan jam 8 lewat, tapi belum banyak aktivitas warga, masih banyak toko yang tutup.

tangga naik menuju ke lantai atas

Lantai 2 ada lounging space
kondisi kamar 4-Bed Female Dormitory Room


Dalam perjalanan menuju komtar kami sempat membeli roti dengan (yang katanya) selai srikaya (tapi rasa nanas) seharga RM1 dari seorang uncle dengan gerobak roti warna biru nya. Kemudian membeli susu dan kopi dari mart sekitar. Menunggu beberapa menit akhirnya bus nomor 204 yang akan membawa kami ke arah Bukit Bendera sampai. Dengan membayar sejumlah RM2, kami pun melaju. Sekedar info, biaya bus berbeda-beda tergantung destinasi, jadi kalau bingung, jangan ragu untuk bertanya ke supir bus nya. Tinggal sebutkan arah tujuan, uncle akan menyebutkan jumlah yang harus dibayarkan. Oya, jangan lupa untuk menyampaikan kepada uncle supaya bisa memberitahu kalau sudah sampai di halte yang dituju.

Setelah kurang lebih 30-45menit, akhirnya kami sampai di halte Ayer item. Tujuan kami kesana adalah untuk mengunjungi Kek Lok Si Temple. Sebenarnya kami hampir ke Penang Hill, tapi berhubung sepertinya tidak banyak yang bisa dilakukan disana, akhirnya kami putuskan untuk mengeksplor Kek Lok Si saja.

tangga menuju ke arah Kek Lok Si. Jangan salah, ini bahkan belum sampai gerbang depannya.

gate depan Kek Lok Si

Kek Lok Si complex

And it turns out to be the right decision. The Kek Lok Si temple was very beautiful and breathtaking. To wander around was free, but if you want to go to the Kuan Yin statue, you might whether use the open road for free or simply just use the elevator for RM6 for a round trip. And to go to the pagoda, you need another RM2 to spend. There are also wishing ribbons like almost every where there, and you can tight those ribbons to the wishing tree for some other ringgit. 


Kuan Yin Statue

Pagoda


At the pagoda, you could climb to the second highest floor. Our knees might be shaken, but the view from there was amazing. And fyi, all the money goes for the temple. You can also lit a lotus candle, write your name and wishes there.

Well then after wandering around for almost 2 hours, we made our steps down to the market not far from the temple. We decided to get some pastries on our way down from the little shop. I got the salted egg pastry and chicken lotus while A got herself a pork pastry. And a few more steps ahead, we found ourself seated in a Asam Laksa Ayer Itam stall. We got ourself a bowl of Asam laksa for RM4 and fried snacks for RM4,5 from a nearby stall. I can say those food were delicious and worth to try. After we finished, A bought a to-go Liang teh.

Ayer Itam Asam Laksa RM14

Fried Snacks

Then we walked down to find the bus stop. Well, another travel tips, do ask the locals for direction, because eventually we walked quite far to the next bus stop. But we made it to find our bus, the same 204 bus. We stopped at Komtar then changed to 103 bus to Burma street. 

Next stop was to the Sleeping Buddha temple or Wat Chaiya Mangalaram Thai Buddhist Temple. The temple itself was way more simpler but yet still fascinating. They used colorful glasses stuck to the statues. The temple also functions as a Mort house. The visit itself was free. Then we made our next steps to the Burmese temple just across the street. And again, for free. Here they got amazing Buddha statues from some countries.  What differs them is the hand positions. There's Indonesia too.

Sleeping Buddha Temple or Wat Chaiya Mangalaram Thai Buddhist Temple
The Sleeping Buddha

Buddha Statues at the Burmese Temple


After we finished,  the next destination was Gurney Paragon. Gurney Paragon is one of the biggest mall in Penang. Bisa naik bus atau pun bisa juga jalan kaki kalau tidak sedang buru-buru. Kalau di Jakarta mungkin bisa dibilang mirip seperti Central Park kali ya. Mall ini menghadap ke pantai. Jadi kalau sore-sore enak nongkrong di kafe-kafe outdoor di lantai dasar mall. Berhubung kami habis panas-panasan dan lelah berkeliling, akhirnya kami cari deh tempat nongkrong yang enak diantara deretan cafe itu. Akhirnya kami memilih Moo-cow. Disitu kami memesan 2 frozen yogurt cone rasa original tanpa topping dengan harga RM6,20. Makan yogurt seperti makan es krim. Duduk sebentar sambil numpang ngecharge hp dan nebeng wifi buat ngabarin orang rumah, gak lama kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan, yaitu ke tujuan selanjutnya Gurney Drive Hawker Center.
Moo Cow Frozen Yogurt

Gurney Drive Hawker Center ini taman makan dengan konsep terbuka jenis misbar (read: gerimis bubar). Stall makanannya banyak sekali, dan jenis makanan yang dijual pun berbeda-beda. Ada beragam gorengan, rojak, hokkian mee, rebus-rebusan, prawn mee, dan lainnya. Setelah berkeliling, kami akhirnya memutuskan untuk mencoba beberapa makanan yang menarik perhatian kami. 

Rojak


Rojak, terdiri dari timun, bengkuang, nanas, cakwe kering, sotong dan taburan kacang. Bumbu rojak ini berbeda dengan rujak versi indonesia. Rojak menggunakan shrimp paste atau yang bahasa Indonesianya petis. Rasanya? Unik dan yang pasti menyegarkan. Patut dicoba. Harganya bervariasi dari RM2 - RM 5 tergantung besar porsi yang diinginkan.



Dan untuk meredakan dehidrasi, saya memilih kelapa sebagai minuman pendamping. Disini kelapa utuhnya tidak dipotong ditempat, melainkan memang sudah dibuang dulu kulit luarnya dengan menyisakan daging kelapa bagian atasnya secara utuh. Jadi kita harus menyendok daging kelapanya terlebih dahulu. Air kelapanya sendiri manis tanpa gula. Dan karena diletakkan di es, jadi air kelapanya sudah dingin tanpa perlu ditambah es batu lagi. Kesegaran sederhana ini bisa dinikmati dengan merogoh kocek sebesar RM5. 









Comments

Popular posts from this blog

Union: Union made is well made they said

Peeking inside Crumble Crew - Tulodong Atas, SCBD

Bandung trip #day 3 - Fabrik Eatery & Bar